Jumat, 28 Februari 2014

Membangun Karakter

Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang, Sebuar organisasi, dan sebuah masyarakat bangsa. Sebab dalam hubungannya dengan seseorang karakter mengandung pengertian:
1.     Suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya manrik dan atraktif
2.    Reputasi seseorang
3.    Seseorang yang unusual / memiliki kepribadian yang eksentrik.
Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq, atau budi pekerti ang memberdakan seseorang daripada yang lain. 
Dengan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa membangung karakter adalah proses mengukir / memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “Berbentuk” unik, menarik, dan berbeda / dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak / belum berkarakter tercela). 
Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional, Lewat perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang menjadi pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan ditingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage www.hki.org). Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). 
Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak mudah dan seketikan / instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentenan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak / tabiat seseorang. 
Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukannya yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Kearah yang demikian itulah pendidikan dan pembelajaran termasuk pengajaran ~di institusi formal dan pelatihan di institusi non-formal~ seharusnyabermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusia- manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang utuh / memiliki integritas.